
Gagap…… bila mendengar atau membaca kata ini sugesti yang paling dekat pasti mengarah kepada Aziz Gagap. Semua orang pasti sudah memahami kondisi gagap dengan melihat akting Azis gagap sehingga tidak diperlukan lagi penjabaran, deskripsi, atau lain ini itu. Udah pade tau lah kite-kite semue…
Suatu kali saya pernah ikut seminar umum. Auditorium yang dipakai luas dan nyaman. Saat sesi tanya jawab, salah satu pihak, entah itu penanya atau anggota panelis berbicara dengan terbata-bata. Inti yang diucapkan tepat dan saya sebagai penggembira yang hadir mengerti apa yang dimaksud. Hal yang mengganjal adalah penyampaian yang terbata-bata. Barangkali seperti Indro dalam film Dongkrak Antik, perlu dipukul dulu pantatnya agar cepat plong.
Saya sendiri juga tidak lancar untuk berbicara didepan orang banyak. Apa yang akan saya sampaikan lebih dulu meluncur keluar dan lenyap disundul yang terpikir belakangan, tetapi pada kata-kata dimulut belum selesai. Belepotan wes…..
Sehubungan dengan kegagapan yang tertuang diatas, ada beberapa artikel, namun satu saja yang dicantolkan seperti dibawah ini.
https://www.halodoc.com/inilah-5-penyebab-gagap
Pada intinya ada beberapa penyebab yang membuat orang menjadi gagap :
1. Kondisi Saraf dan Fisik
2. Rasa Takut
3. Stress
4. Faktor Keturunan
5. Tekanan Sosial
Dalam hal pahlawan iman, ada tokoh yang mengaku dirinya berat lidah, tidak pandai bicara, tapi pandai pijat tombol pojok kiri atas papan komputer (11-12 dengan sayalah dalam masalah pijat tombol tersebut )
Mari, sebut saja namanya : Musa
Dalam Alkitab tidak diceritakan asal mula berat lidah, ketidakpandaian Musa bicara. Diyakini itu semua adalah bentuk lain dari gagap (ada pula yang menafsirkan cadel).
Salah satu yang mengulas hal itu adalah Midrash Vayosha. Midrash? Makanan apa midrash? Kalau Midas saya tahu, lawan tiga anak babi dalam seri Donal Bebek.
https://www.myjewishlearning.com/article/midrash-101/
Dikisahkan bahwa bayi Musa lebih memilih bara api dari pada batu mulia, bahkan sampai diletakkan di lidah Musa kecil. Karenanya jadilah Musa tidak lancar berbicara.
Bagi pena(saran) seperti saya, Musa :
*
Benar-benar berat lidah dan tidak pandai bicara karena pengaruh rasa takut, stress, tekanan sosial yang disebabkan peristiwa kepahlawanan dengan membunuh orang Mesir yang dilanjutkan menjadi hakim pertikaian antar orang Israel.
Melarikan diri ke Midian adalah salah satu bukti rasa takut, takut pada firaun; stress karena masalah yang diharapkan selesai malah membengkak; dalam tekanan sosial karena penolakan baik oleh bangsanya sendiri maupun oleb orang Mesir.
Jadi apakah sebelum peristiwa kepahlawanan awal Musa sudah berat lidah? Menurut Midrash, salah satunya, iya. Apakah ada kemungkinan tidak? Setidaknya Kitab Keluaran, yang ditulis para imam/orang Lewi dengan imla dan inspirasi dari Musa sendiri tidak menuliskan bahwa sebelum peristiwa itu Musa berat lidah ataupun ringan lidah.
Hanya ada sedikit informasi yang mungkin bisa digunakan sebagai bahan pertimbangan : bahwa Musa dididik dengan segala hikmat orang Mesir. Sepertinya semua lancar hingga salah satu orang Ibrani menanyakan posisi kedudukan Musa dan status terapdet Musa dikalangan orang Mesir.
*
Saya sedikit melakukan survey, ya, survey kecil-kecilan. Ruang sampel dan batas uji juga jauh dari memenuhi syarat pengambilan keputusan. Buat bahan pertimbangan saja. Yang disurvey juga orang-orang dekat (thank you yang sudah bantu jawab ).
Saya menaruh satu pertanyaan tentang hal-hal yang menyebabkan seseorang banyak berdalih/beralasan. Kebanyakan menjawab karena kemalasan. Yang lain menjawab karena kesibukan, kekecewaan, inkompetensi, keteledoran, lain prioritas, pembenaran diri, dan adanya konflik.
Bila dipetani, diseriti, lalu digites akan ketemu beberapa pahlawan iman yang dalam sejarahnya banyak berdalih.
Abraham dan Ishak berdalih karena takut isterinya disuwalikkan, dibaliknama menjadi atas nama firaun dan abimelekh.
Gideon berdalih karena takut dan enggan yang didasari kapasitasnya dan kapasitas orang-orang disekelilingnya.
Yunus malah hengkang dengan alasan nasionalisme.
Musa?
Bisa jadi Musa sebenarnya tidak berat lidah secara fisik. Tidak menutup kemungkinan Musa merasa kecewa, merasa sudah tidak kompeten lagi, ada konflik yang terpendam, merasa yang dilakukan dahulu sudah benar sehingga menjadi malas, enggan, tidak mau menerima yang Tuhan suruh.
Musa banyak beralasan sama seperti Gideon.
Musa berdalih untuk dapat menghindar seperti Yunus karena lebih memilih memprioritaskan Zipora dan Gersom, menyibukkan diri dengan ternak gembalaannya, daripada kembali kecewa.
Atau
Musa benar-benar gagap karena pengaruh kondisi psikis sebagaimana diuraikan dalam halodoc dan mengemukakan seribu satu alasan karena Musa tidak ingin kembali pada bangsanya dan takut bertemu orang Mesir. Tafsiran Wycliffe menuliskan seperti itu.
Bagi saya, Musa pada akhirnya benar-benar sembuh dari berat lidahnya, dari ketidakcakapannya berbicara. Entah itu secara fisik maupun psikis.
Setelah keluar dari Mesir untuk kedua kalinya, komplain yang diterima Musa dari Miryam dan Harun dalam hal kepemimpinan bukan tentang kecakapan (termasuk kecakapan bicara).
Musa juga perlu bersegera untuk berkata-kata dalam peristiwa ular tedung.
Andaikan berat lidah betulan, Musa akan benar-benar kelelahan dan meniren berlipat-lipat saat menghakimi orang Israel sendirian. Demikian pula disaat-saat terakhir, saat memberkati suku-suku Israel, menyanyikan lagu pujian, saat membagi wilayah, kota berkubu, tempat perlindungan bagi pelarian, dan masih banyak lagi hal yang diperlukan kecakapan berkata-kata sendiri tanpa bantuan orang lain.
Akhirul kalam
Inilah sebagian dari pena(saran) saya.
Banyak kekurangan, kurang wawasan, kurang literatur, nyuwun agungipun pangapunten saking sedaya ingkang sampun maos.
Namung pena(saran)

